Latest Movie :
Recent Movies

DIPERKOSA PENJAGA KOS


Jarum jam di tangan santi menunjukkan pukul 11.00 malam, saat ia membuka gerbang kosan yang telah ditutup sejak 2 jam yang lalu. Ia berjalan kelelahan setelah seharian mengerjakan tugas kelompok bersama 3 temannya.
Santi adalah mahasiswi Ilmu Komunikasi di salah satu PTN di wilayah Bandung. Saat ini ia tengah menempuh semester 6. Santi termasuk mahasiswi yang rajin dengan IPK di atas 3,5. Tetapi lain halnya untuk urusan asmara. Santi merogoh tas mencari kunci kamar kosannya. Saat itu penjaga kosan bernama Pak Damar menyapanya.
“Neng Santi. Baru pulang malam-malam begini?”
“Eh, Pak Damar.”, Ujar Santi dengan sedikit terkejut sambil menoleh, “Iya, Pak. Baru selesai ngerjain tugas di kosan teman.”
Pak Damar tidak lagi menjawab, Ia hanya menganggung sambil berjalan menuju pos jaga. Akhirnya Santi berhasil menemukan kunci di dalam tasnya. Ketika Ia membuka pintu, kamarnya terlihat gelap gulita, Ia baru teringat lampu kamar mati sejak pagi tadi sebelum Ia pergi.
“Pak Damar!” teriak Santi.
“Iya, Neng.” jawab Pak Damar sambil berdiri di depan pintu pos jaga.
Santi berjalan mendekat. “Pak, bisa minta tolong? Lampu kamar saya mati, tadi lupa beli.”
“Oh, bisa Neng. Warung di depan masih buka. Sini saya belikan.”
Santi mengeluarkan selembar uang 20rb. “Beli yang bagus ya Pak. Kembaliannya ambil saja.”
“Sip, Neng.”, Ujar Pak Damar sambil mengambil uang dan berjalan pergi.
“Oia, Pak. Tolong sekalian dipasang ya Pak. Langit-langitnya tinggi. Saya mau mandi, nanti langsung masuk saja. Pintunya ga dikunci.”
Pak Damar mengangguk sambil terus berjalan.
Pak Damar berusia sekitar 50 tahun. Pipinya yang tirus membuatnya terlihat tua. Selain menjadi penjaga kosan, Ia juga bertani di sawah belakang kosan. Itu sebabnya warna kulitnya terlihat sangat gelap kecoklatan.

Santi memasuki kamar, menutup pintu, dan mulai membuka pakaiannya satu persatu. Ia membuka kaos dan jins yang dipakainya sejak pagi hari. Melemparkannya ke tumpukan pakaian kotor. Dengan BH dan celana dalam Santi berjalan ke kamar mandi kemudian menyalakan keran air. Pintu kamar mandi ditutup. Santi melepas BH dan celana dalam, meletakkannya di ember yang khusus disediakan untuk pakaian dalam.
Ia mulai mengguyurkan air dari ujung kepala. Segar sekali rasanya ketika tetesan-tetesan air membasuh rambut, wajah, leher, pundak, dan payudaranya. Beberapa tetesan kecil menyentuh puting santi yang berwarna merah muda. Ia kembali mengguyur tubuhnya, kali ini air membasuh perut, paha, dan bongkahan pantat Santi yang begitu mulus berwarna putih bersih. Sedikit tetesan air dengan genitnya menjalar ke selangkangan Santi, menyapu kulit vagina yang tembam, merangsek ke sela-sela vagina seperti sebuah lidah yang ingin menjilat klitoris.

Santi mulai membersihkan tubuhnya dengan sabun cair. Dioleskan sabun cair di dada dan payudaranya. Ia menggosok perlahan sambil mengelus-elus payudaranya. Tiba-tiba darahnya mengalir lebih cepat. Ada gelombang nafsu yang mulai menguak dari dalam diri Santi. Tidak biasanya Ia menjadi nafsu karena sentuhan tangannya sendiri, mungkin karena sudah 1 bulan lebih tidak ada yang merambah tubuh indahnya. Elusan tangan kanan ke payudaranya mulai berubah menjadi remasan, sementara tangan kirinya bergerak menyentuh vagina yang sudah tidak sabar ingin dimanja. “Mmpphhhh…” eluh santi keluar dari mulutnya.
Sudah lebih dari 1 bulan yang lalu Santi putus dengan Jaka. Laki-laki kedua yang pernah bersetubuh dengan Santi. Santi mengakui bahwa Jaka lebih pintar dalam urusan sex ketimbang pacar pertamanya. Dan itu yang membuat santi selalu ingin bersama Jaka, hingga suatu hari Santi mengetahui ternyata jaka berselingkuh. Mengingat kejadian perselingkuhan Jaka, seketika itu emosi santi muncul. Nafsu yang melanda sebelumnya hilang begitu saja. Santi bersegera menyelesaikan mandinya. Ia membasuh sabun-sabun di tubuhnya.
Saat ingin mengeringkan tubuh dengan handuk, santi baru tersadar handuknya tidak ada. Ia biasa melakukan hal seperti ini – tidak membawa handuk ke kamar mandi. Santi membuka pintu kamar mandi. Dengan sangat terkejut, santi melihat sosok seorang pria tua, berwajah tirus, berkulit coklat tua, sedang duduk di ranjang sambil melihat tubuh santi yang tanpa busana. Tubuh santi kaku tak bergerak akibat syok, wajahnya memerah karena malu. Sementara Pak Damar masih terus menatap santi. Tubuh santi yang masih basah terlihat kemilau akibat pantulan cahaya. Payudaranya membusung, meneteskan air tepat dari puting merah mudanya. Dari vaginanya yang seolah mengintip Pak Damar terlihat mengucurkan air sisa pembersihan tubuh santi. santi berusaha menguasai kembali tubuhnya. Setelah kesadarannya pulih, dengan cepat santi kembali masuk ke kamar mandi. Menutup rapat pintu kamar mandinya.

“Ma… maaf Pak. Saya lupa handuknya. Bisa tolong ambilkan di meja?” minta santi dengan suara gemetar. Klek.. santi seperti mendengar suara pintu terkunci. Suaranya begitu samar hingga ia tidak yakin betul.
“Ini, Neng.” Ujar Pak Damar dari balik pintu kamar mandi.
Santi membuka sedikit celah kamar mandi, menjulurkan tangannya mengambil handuk dari tangan Pak Damar. Ia segera mengeringkan tubuhnya.
Santi keluar berbalut handuk – yang sialnya adalah handuk kecil. Handuk yang ia kenakan tidak mampu melilit seluruh tubuhnya. Ujung handuk ia pegang dengan tangan kiri, sementara sedikit celah memperlihatkan pinggul dan paha santi. Dada santi pun tidak tertutup dengan baik, belahan indah payudara dan sedikit tepian puting berwarna merah muda mencuat begitu menggoda. Handuk bagian bawah hanya menutupi sekitar 5 cm ke bawah dari vagina santi. Santi berjalan perlahan, mata Pak Damar tidak sedetik pun lepas dari tubuh santi.
“Ee.. Neng, itu lampunya sudah saya pasang.” Ujar Pak Damar sambil berdiri memecah kebisuan.
“Iya, pakk..” jawab santi pelan, “Maaf Pak, saya mau pakai baju.” Lanjut santi, berharap Pak Damar sadar untuk meninggalkan kamarnya.
“Oh, iya Neng. Tapi saya boleh pinjam kamar mandi? Mau buang air kecil.” Pinta Pak Damar.
“Bukannya di luar ada pak yang biasa dipakai.” Sergah santi sedikit kesal.
“Kebelet Neng. Sebentar kok.” Dengan cepat Pak Damar masuk kamar mandi tanpa menunggu persetujuan santi.

Santi mendengar kucuran air seni Pak Damar begitu deras. Segera ia mananggalkan handuk menggantinya dengan daster favoritnya.
Tak lama Pak Damar keluar. Bejalan menghampiri santi.
“Neng Santi, ada yang bisa dibantu lagi?” Tanya Pak Damar. Sekarang ia telah berdiri tepat di depan santi. Belum sempat santi menjawab pertanyaan tersebut, Pak Damar mengelus rambut santi.
“Bapakkk…” ujar santi sambil berjalan mundur menghindari tangan kasar Pak Damar.
Pak Damar terus mendekati santi, sementara santi terus mundur menghindar hingga tubuhnya terbentur tembok. Pak Damar merapatkan tubuhnya ke santi yang sudah terpojok.
“Pak, jangan pak.” Lirih santi. Sementara tangan Pak Damar kembali mengelus rambut santi yang wangi itu.
“Tenang aja neng. Itu neng Sasha juga lagi asik sama pacarnya. Kita jangan kalah dong.” Kata Pak Damar dengan tenang penuh keyakinan.
“Pak, tolong pak. Jangan. Saya teriak kalau bapak bagini terus.” Papar santi penuh ketegaran di tengah posisinya yang tidak baik itu.
“Neng mau teriak? Lalu orang-orang datang. Saya diusir. Tapi besoknya saya ke sini sama temen-temen lho. Khusus buat Neng Santi.” Ancam Pak Damar penuh kemenangan.

Santi terteguh mendengar ancaman itu. Membayangkan dirinya dikroyok orang-orang sekelas Pak Damar. Mengerikan. Santi bukan termasuk wanita hipersex. Ketika ketakutan melanda pikiran santi, Pak Damar melanjutkan kata-katanya. “Sudah lah neng. Biasanya juga sama pacarnya kan. Kalau tidak salah udah lebih dari 1 bulan ga diservis ya neng? Sini sama bapak aja.” Pak Damar terus meraba santi, kali ini lengan santi menjadi sasaran. Bulu kuduk santi merinding ketika kulit putih mulusnya bersentuhan dengan tangan Pak Damar. Ditambah lagi kata-kata Pak Damar tentang aktivitas sexnya benar-benar membuat santi malu. Wajahnya merah padam.

“Pak sudah pak. Jangan pak. Tolong.” Dengan wajah nanar santi memohon.
Pak Damar menekan tubuh santi ke bawah. “Isepin kontol bapak ya neng.” Pinta Pak Damar. Dalam posisi berjongkok, santi kebingungan harus bagaimana. Tentu ia pernah menghisap penis tetapi bukan dalam keterpaksaan seperti ini. “Ayo neng. Turunin dulu celana bapak. Trus isep. Ga perlu saya kasarin kan supaya neng mau. Ato ga harus saya panggil temen-temen saya kan.” Pak Damar kembali mengancam dengan sikap begitu tenang.

Santi mulai menurunkan celana pendek Pak Damar. Tangannya gemetar, keringat dingin mengucur dari pori-pori kulitnya. Santi terus menarik hingga kaki Pak Damar, ia menatap celana yang telah terlepas tanpa melirik ke atas.
“Ayo neng, liat ke atas dong.” Perintah Pak Damar sambil tertawa pelan.
Santi mengangkat wajahnya. Terkejut melihat sebuah penis yang sudah keras tidak lagi ditutupi celana dalam mengacung tepat mengarah ke wajahnya. “Baa… pak ga pake celana dalam?” pertanyaan polos keluar dari mulut santi. “Itu ada di kamar mandi. Sama baju dalam kamu yang lain.” Jawab Pak Damar sambil terkekeh.
Pak Damar memajukan penisnya. Kepala penisnya menyentuh bibir santi yang manis. “Dibuka neng bibirnya.” Pinta Pak Damar. Santi membuka mulutnya dengan penuh keraguan. Penis Pak Damar mulai masuk dengan perlahan ke mulut santi.
Pak Damar mulai menggoyang-goyangkan penisnya menyodok mulut santi, dengan kedua tangannya yang menggenggam kepala santi. Sementara itu kedua tangan santi memegang kaki Pak Damar sambil berusaha melepaskan diri. Mphhh….. mpphhhh… penolakan santi hanya terdengar seperti lenguhan.
“Ahhh…. Achhh… bibirnya enak banget neng. Ahhh.. terus neng.” Rancau Pak Damar sambil terus menggoyangkan pantatnya.

Berselang 2 menit kemudian. Pak Damar berhenti mengocok penisnya, tetapi ia membiarkan penis hitamnya tetap di dalam mulut santi. Nafas santi mulai terengah-engah. “Neng, lidahnya mainin dong di dalam.” Pinta pa damar, “Achh… iyaaahhh.. gitu neng… pinter bangettt.. achhhh….” Lidah santi bergoyang-goyang mengelus-elus penis di dalam mulutnya dengan lembut. Kepala penis Pak Damar selalu tersentuh lidah santi. Sesekali ada hisapan yang santi lakukan. Pak Damar semakir merancau menikmati penisnya dalam mulut santi.

“Sudah Neng Santi. Saya ga kuat sama lidah neng. Ahhh….” Pak Damar mengangkat tubuh santi. “Pacar neng untung banget dapetin neng. Cantik, mulus, jago ngisep kontol.” Pak Damar mulai kembali mengelus lengan santi yang tidak tertutupi.

“Pak sudah pa. haahhh… jangan dilanjutkan pak.” Keluh santi dengan wajah memelas meminta menyudahi permainan Pak Damar dengan nafas terengah-engah. Pak Damar menyibakkan rambut santi kebelakang, lehernya yang jenjang terbuka lebar. Dengan sigap Pak Damar mulai mencium lembut dan menjilat leher santi. Sementara tangannya meraba perut santi.

“Mpphhhh… pak, sudaahh.. ahh.. mpphhh..” Gejolak nafsu mulai melanda santi, namun ia tetap berusaha menahannya sekuat tenaga. Pak Damar membalikkan tubuh santi, ia menyibak rambut yang menutupi leher dan tungkuk. Pak Damar kembali menciumi sambil menjilat bagian sensitif santi tersebut. “ahhh… pak hentikannn.. mmppphhhh.”

Pak Damar mendekatkan bibirnya ke kuping santi. “Neng Santi ini seksi sekali. Tadi saya intip dari etalase waktu neng mandi. Enak ya neng ngeremes tetek sendiri. Saya bantu ya sekarang.” Bisik lebut Pak Damar ke telinga santi. Mendengar bisikan itu santi seperti kehilangan harapan. Dilihat tanpa busana, ketahuan ML, dan sekarang ia tahu Pak Damar melihat saat ia akan masturbasi.
“Saya remes ya neng teteknya.” Jemari Pak Damar merambat menuju 2 payudara santi. Saat jemari menyentuh payudara. “Lho, ga pake BH, neng?!” Tanya Pak Damar dengan sedikit terkejut. “Jangan-jangan?!” dengan cepat tangannya menyibak daster membuka bongkahan pantat santi. “Wah, si Neng bisa aja. Bilang ga mau tapi udah siap-siap gini.” Ledek Pak Damar. “Kan, mau tidur pak.” Ujar santi membela diri dengan percuma sambil membalikan wajah sementara jarinya tergigit di mulutnya. Pak Damar sibuk meremas pantat, sementara tangan kirinya meremas payudara santi. Posisi berdiri santi yang sedikit menungging semakin membuat seksi tubuhnya. “Paakkkk…”, “Iya santi”, “Sudah ya mpphhh.. pakkk..”, 

“Yakin neng?” jemari Pak Damar menyentuh bibir vigina santi. “Achhh… paa..”. tangan Pak Damar menjulur ke wajah santi, memperlihatkan jemarinya yang tadi menyentuh bibir vagina santi.
“Neng Santi, ko basah ya?” canda Pak Damar. Santi menatap Pak Damar sambil tersenyum malu. “Bapak jahat ih.” suara manja terlontar dari mulut santi yang sebelumnya diisi penis Pak Damar. Tangan Pak Damar kembali mengelus pinggul santi. Sambil menciumi leher, Pak Damar berbisik, “Neng Santi, mau dilanjutin ga ni?”, “Mmmpphhh.. lanjutin apa pakkk?”, “n.g.e.n.t.o.t”, “ih, acchhh.. bapakkk..” tangan Pak Damar mulai meremas payudara santi. “Iya pakkk.. lanjutinnnn paak.. aahhh..”

“Pakkk.. aku mau ciuman yah.” Pak Damar mendekatkan wajah. “Mmpphhh.. pak, kontolnya aku pegang yah.. aku suka banget sama kontol bapak.” Bujuk santi. Pak Damar dan santi mulai saling berciuman. Lidah mereka saling melipat, bergesekan dengan lembut. Meningkatkan birahi keduanya. Mmpphhh…. Mmpphhhh… “Pak gendong aku ke kasur ya.” Pak Damar langsung mengangkat santi, merebahkannya ke atas kasur.

Santi menapat Pak Damar. “Pak, aku malu. Kayak cewe murahan.”, “Ngga ko neng. Nikmatin aja.”, Pak Damar kembali melibas bibir santi. Mmpphhhh… desah santi yang mulai tidak ditahan lagi. “Pak Damar. Mmphhh.. telanjangi aku. Mphh..”
Pak Damar mulai mengangkat daster santi. Vagina santi yang tembam ditutupi rambut-rambut tipis tercukur rapih. Pak Damar tak henti menatap tubuh santi yang terbuka perlahan, memperlihatkan keindahannya.
Santi mengangkat tangannya. Membiarkan daster favoritnya terlepas dari tubuh yang sekarang tidak tertutupi sehelai kain pun. Payudara santi yang tidak terlalu besar membusung dengan puting menegang, seakan meminta dijamah. Pak Damar memulai kembali dengan menciumi dan menjilati leher santi. Lenguhan terlepas dari mulut santi. Darah mendesir lebih cepat.
Pak Damar menurunkan ciumannya ke payudara santi. Menjilat turun di sisi payudara, berputar mengelilingi payudara santi. “eeuhhh.. pak, aku nafsu bangettt…” rancu santi memohon Pak Damar meningkatkan agresivitas.

Pak Damar menjilat kecil puting santi yang sudah sangat keras. Ia memberi kecupan kecil. “Neng Santi, putingnya keras banget.” Ujar Pak Damar sambil menatap santi yang sedang memejamkan mata. “mmpphhh.. iya pak. Emut puting aku pakkk.. remesss…” pinta santi.
Pak Damar mengemut puting santi sambil memainkan lidahnya, sementara tangan kanannya merepas payudara santi yang lain. “aahhh… eemmmppp… enaakkk pakk..” santi meremas rambut Pak Damar, menekan kepala Pak Damar ke payudaranya. “uughhh… pakk, mau ngentottt. Mauu kontolll.. aahhh..” rancu santi tak terkendali. Ia melepas cengkraman dari kepala Pak Damar. Pak Damar mengangkat tubuhnya melepaskan mulutnya dari puting santi. Ia mendekatkan diri ke wajah santi. Penisnya yang keras mengacung tepat di wajah santi.

“Tadi neng ga mau, bukan?” pancing Pak Damar. Santi mendekatkan hidungnya ke ujung penis Pak Damar. Menyentuh tepat di lubang kecil penis Pak Damar. Ia menghirup perlahan aroma penis yang khas sambil memejamkan mata. Ujung hidungnya merambat ke pangkal penis, pipi santi pun menempel ke batang penis Pak Damar.

“Sekarang aku mau pak. Sampe masuk kontol bapak ke memek aku juga aku mau.” Nafas santi mulai memelan, “aku emut lagi ya pak.” Pak Damar merubah posisinya, ia menyandarkan punggungnya ke tembok dengan posisi terduduk. Santi menundukkan wajahnya mendekati penis dengan posisi menungging di atas kasur. Jari jemarinya yang manis mulai menyentuh lembut kulit penis Pak Damar. Digenggamnya penis dengan satu tangan. Santi mulai menggerak-gerakkan tangannya ke atas-bawah.
“aacc..chhh… eehhh.. aahhh nenggg…”
“Enak ya pakk..” ucap santi sambil menatap genit ke arah Pak Damar.
“eemmmhhhh…” sinta menjulurkan lidahnya. Menjilat ujung kepala penis yang semakin mengeras.
Tak lama jilatan sinta berubah menjadi emutan dan hisapan di kepala penis dengan tangannya yang masih terus mengocok. Pak Damar terus mendesah semakin keras. Lidah sinta bermain-main di dalam mulutnya, mengelus-elus kepala penis. Tiba-tiba Pak Damar bergetar kuat. “aachhhhh….” Sebuah erangan panjang keluar dari mulutnya. Cairan sperma meleleh dari dalam penis.
“mmpphhhh..” santi masih mengocok penis dengan tangan kanannya, mulutnya masih diisi kepala penis Pak

Damar menanti tetesan terakhir sperma. Ia melepaskan penis dari mulutnya, mengangkat kepalanya menghadap Pak Damar dengan wajah penuh senyum. “Liatin sperma bapak dong, neng.” Pinta Pak Damar. Sinta membuka mulutnya, menjulurkan lidahnya yang dipenuhi cairan berwarna putih susu.
Santi kembali menutup mulutnya. Tidak segera menelan sperma, ia justru memainkan sperma itu di dalam mulutnya. Menikmati aroma dan rasa sekaligus sensasi tersebut. Glek… sperma Pak Damar menuju perut santi. Santi menyeringai dengan wajah penuh kegembiraan. Ia mendekat ke Pak Damar, melupat bibir penjaga kosannya.
“Seneng banget sih, neng?” Tanya Pak Damar sambil mengelus payudara yang tidak tertutupi apapun.
“Sperma bapak enak.” Ucap santi dengan sedikit malu-malu sambil merebahkan tubuhnya di atas dada Pak Damar.

“Istirahat dulu ya neng. Nanti lanjutin.”
“Lanjutin apa pak?” Tanya santi sambil melihat Pak Damar.
Tidak langsung menjawab, Pak Damar menggerakkan tangannya. Menyentuh bibir vagina santi, kemudian menyelusupkan jari tengahnya ke sela bibir vagina. “lanjutin ini. Ngeringin memek kamu. Nih, basah.”
“ahhhh… mpphhhh…” eluh santi sambil menggigit bibir bawahnya, “ga ah, pak. Malu aku ngentot sama penjaga kosan.” Ucap santi sambil memejamkan matanya, menikmati sentuhan lembut di vaginanya.
“Supaya neng mau harus gimana?” Tanya Pak Damar.

Perlahan paha santi menjepit tangan Pak Damar, sementara tangannya mencengkram pergelangan tangan Pak Damar. Tubuhnya tidak ingin jejari Pak Damar lepas dari vaginanya.
“Katanya tadi ga mau dilanjutin.” Protes Pak Damar.
“Aku binal ya pak?” Tanya santi dengan wajah sayu.
“Neng Santi itu bispak. Bisa bapak entot kapan aja bapak mau.”
“aahhhh.. bapak jahat.. mmpphhh.. masukin jarinya pakk…”
“Lanjutin nanti ya neng. Istirahat dulu.”
“Bapak bilang yang mesum-mesum dulu dong.” Pinta santi.
“Memek Neng Santi mau dijilatin nanti?” santi mengangguk, “Dimasukin kontol bapak? Kita ngentot.”
“Mau banget, pak” jawab santi dengan berbisik.
“Sampai puas!” ucap Pak Damar ikut berbisik. Mereka kembali berciuman. Kemudian tertidur bersama

TERIMA KASIH TELAH MENGUNJUNGI BLOG INI
 
DISPONSORI OLEH:
 

MULUSNYA TOKET BERTATO

CARA MANDIIN CEWE YANG BENAR

SEDOTAN MAUT

FETISH KOREAN

KARAOKE PLUS

MAEN DI HUTAN

SODOKAN MAUT

DOGGY STYLE 2

DOGGY STYLE

PUTIH BERSIH

MAKNYUZ GAN

KOREAN LIVE TV

TV LIVE SHOW KOREA

NYERVIS OM OM

JUMPA FANS

TANTE GAK KUAT

NGENTOT CEWE MABUK

ENAKAN DI ATAS

ASIN BANG

MALAM KEDUA

PEGAWAI BANK

TUKERAN ISTRI

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BOKEP STREAMING - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger